Faktor Geografis Ubah Skema Palapa Ring

Jakarta – Menkominfo Rudiantara menjelaskan adanya perubahan skema implementasi Palapa Ring Paket Timur yang diubah menjadi dua karena faktor geografis. Hal ini disampaikannya kepada detikINET di acara pameran Indonesia Celluler Show 2016, di Jakarta Convention Center, Kamis (2/6/2016).

Menjelang waktu penyerahan dokumen tender Palapa Ring Paket Timur, pemerintah membuat perubahan skema kerjasama berikut variabel perhitungan investasi. Ini tentu saja menyebabkan salah satu konsorsium menjadi bertanya-tanya mengenai apa alasannya sehingga ada perubahan mendadak seperti itu.

Rudiantara menjelaskan, berubahnya skema implementasi Palapa Ring Paket Timur menjadi dua penyebabnya adalah faktor geografis. Solusi inline di Papua lebih sulit dan kompleks apabila dibandingkan dengan Maluku. Disamping itu ketidakpastiannya pun lebih tinggi.

“Di Maluku itu inline tidak terlalu berat. Lebih banyak submarine cable,” jelas Rudiantara kepada detikINET.

Walaupun perubahan skema tersebut dirasakan mendadak, menkominfo memastikan bahwa tidak ada perubahan dari sisi jumlah.

“Jumlah kabupaten yang di-cover tidak diubah. Ini hanya coba dilihat bahwa dibuat modular tapi jumlahnya tidak berubah. Secara fisik pun tidak berubah,” jelasnya lagi.

Walaupun skema Palapa Ring Paket Timur nanti dibagi dua. Tetap hanya akan ada satu pemenang tender.

Sekarang ini sudah ada tiga peserta yang telah menyerahkan dokumen tender paket timur, yakni Konsorsium Moratel — Smartfren Telecom – IBS , Konsorsium XL Axiata — Indosat Ooredoo — Alita dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom).

Untuk Paket Timur dana yang dibutuhkan terbilang lebih besar dibanding paket tengah yang 80% dananya memerlukan sekitar Rp 790 miliar. Anang Latif Kasubdit Pengembangan Infrastruktur Kominfo menjelaskan, untuk capex (Capital Expenditure) ataupun untuk belanja modal saja diperlukan paling sedikitnya Rp 5 triliun.

“Capex sekitar Rp 5 triliun. Tetapi asumsi kalau mengacu pada perhitungan skema availability payment, maka dalam kurun waktu 15 tahun valuasi proyek ini bisa mencapai Rp 14 triliun,” ujar Anang.

Sementara itu jalur pembangunan tidak banyak yang berubah. Kominfo akan menggunakan proyek Trans Papua yang ditangani oleh KemenPUPera. “Untuk kabel darat, minimal ada jalan atau tiang listrik. Persentase di barat itu kabel laut 80% dan kabel darat 20%,” jelas Anang.

31 Mei 2016 yang lalu adalah batas waktu yang diberikan pada peserta tender Palapa Ring Paket Timur untuk menyerahkan dokumen. 20 Juni mendatang pemenang tender akan diumumkan. Palapa Ring Paket Timur akan meletakkan kabel optik sepanjang 6.300 km yang menghubungkan Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat dan termasuk Papua (pedalaman)

Kementerian Pekerjaan Umum akan membantu implementasi Palapa Ring di Papua. Ducting untuk menempatkan kabel optik akan dibuat bersamaan pada proses pembangunan jalan.