Para Operator Tanggapi Turunnya Tarif Interkoneksi

Jakarta – Tarif interkoneksi untuk tahun 2016 telah diumumkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Ada penurunan sebesar 26 persen dibanding tarif sebelumnya, dari rata-rata 18 skenario interkoneksi jarangan seluler. Seperti dilansir dari KompasTekno.

18 skenario tersebut terdiri dari rincian kategori interkoneksi seperti, biaya transmisi SMS, lokal ke satelit, lokal ke mobile, sampai dengan panggilan lokal ke fixed line.

Dampak penurunan tarif akan berbeda-beda pada setiap operator telekomunikasi. Bisa saja nanti tarif telepon menjadi murah atau bisa juga tidak memberikan pengaruh yang berarti.

“Penurunan yang terjadi bervariasi, sesuai dengan line per line pada skenario perhitungan interkoneksi. Kalau efek retail panggilan seluler ke seluler, mungkin ada tapi nggak banyak,” kata Alexander Rusli CEO Indosat, seperti dikutip dari KompasTekno.

Dian Siswarini CEO XL Axiata melihat turunnya tarif interkoneksi bisa membuat tarif ritel menjadi lebih murah. Namun, belum bisa diketahui berapa besar penurunannya.

“Walaupun penurunan tarif interkoneksi tidak sesuai dengan yang kami harapkan, tapi kami sambut positif. Tentu ada pengaruhnya terhadap tarif retail. Tapi belum bisa dipastikan levelnya,” jelas Dian.

Sementara pendapat dari Merza Fachys Presiden Direktur Smartfren dengan adanya penurunan sebesar 26 persen tidak akan memberikan pengaruh banyak terhadap perusahaan. Sebab, layanan panggilan telepon atau voice bukan merupakan sesuatu yang dominan untuk Smartfren.

“Kami revenue dari voice cuma 30 persen, sisanya dari data. Karena itu penurunan interkoneksinya ini tidak terlalu berpengaruh, voice-nya kecil,” jelas Merza.

“Kalau operator lain yang revenue voice-nya besar, mungkin saja terpengaruh,” tambahnya.

Sambutan baik dengan adanya penurunan tarif interkoneksi datang dari M. Danny Buldansyah Vice Presiden Director Hutchson Tri Indonesia.

Dengan semakin berkurangnya pemakaian layanan voice, terkadang memang dia mengharapkan adanya penurunan yang lebih besar.

“Saya cukup senang. Kalau ada kekecewaan pun, kenapa kelamaan itu loh. Harusnya dari Januari sudah bisa (umumkan penghitungan interkoneksi). Saya yakin, pemerintah men-delay ini pun karena ingin mendapatkan informasi yang lebih komprehensif sehingga bisa dipertanggungjawabkan keputusannya,” jelas Danny.

“Secara idealnya, kalau dari saya lihat cost saya sendiri ya tanpa melihat legacy dengan coverage yang kita miliki, biaya interkoneksi Tri Rp 125-130. Barangkali kalau turunnya sekitar 50-60% yang buat Tri. Tapi ya itu pandangan Tri dengan network Tri saja,” tambahnya.

Sementara Ririek Adriansyah CEO Telkomsel belum bisa memberikan pendapatnya sehubungan dengan adanya penurunan tarif tersebut.

Tarif interkoneksi untuk tahun 2016 akan diberlakukan mulai tanggal 1 September 2016 sampai dengan Desember 2018. Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) bisa melakukan evaluasi setiap tahunnya.