Internet Satelit Untuk 30 Juta Penduduk Indonesia

Saat ini penggunaan satelit untuk akses internet memang tidak sepopuler dengan koneksi yang melalui kabel ataupun mobile broadband. Di Indonesia penggunaan internet satelit masih memiliki peluang pasar yang cukup luas.

Dari sisi industri, peluang pemakaian internet melalui satelit ini kira-kira ada sampai 30 juta penduduk. Dan kebanyaan masyarakat ini tinggal di daerah yang sangat remote atau perkampungan-perkampungan yang masih sulit dijangkau dengan transportasi.

Melihat jumlah itu maka kira-kira diperlukan sebanyak 250 transponder supaya bisa memberikan layanan internet satelit yang nanti ditangkap melalui very small aperture termina (VSAT).

Kalau seandainya masing-masing transponder itu nilainya USD 900 ribu, jadi kalkulasi mudahnya saja apabila dari sisi bisnisnya tiap tahun sekitar Rp. 3 triliun, menurut Metra Teguh Wahyono, President Director Telkom.

Apabila dilihat dari pasar yang ada beliau memperkirakan dari 30 juta warga tersebut sekitar 40%-nya ingin memakai internet via satelit. Melihat itu Telkom makin semangat mengembangkannya.

Walapun begitu, ia juga melihat secara relistis, dan target yang ditentukan juga tidak terlalu berlebihan. Target dalam waktu lima tahun kedepan adalah dua juta pelanggan.

Ia menjelaskan kalau dasar hitung-hitungannya adalah rumah yang ada di Indonesia. Sekarang ada sekitar 50 juta, 20 juta sudah menggunakan kabel ataupun mobile broadband. Jadi ada 30 juta rumah lagi yang belum menggunakan atau mendapatkan akses internet. Kesempatan untuk penggunaan internet satelit masih cukup besar. Untuk itu target 2 juta pelanggan dalam waktu 5 tahun sudah lumayan tinggi.

“Jumlah yang ditargetkan itu lumayan tinggi karena 30 juta rumah warga tersebut Cuma sekitar 40% saja yang memerlukan internet. Sementara Telkom untuk awal tahun akan menerapkan target sebanyak 5.000 – 10.000 rumah warga,” ungkap Teguh.

Selain itu, bisa dilihat juga dari 30 juta rumah warga tersebut membuka peluang bagi mobile broadband. Hanya saja kelemahan dari mobile broadband ini adalah diperlukannya BTS, pembuatan BTS saat ini masih cukup mahal. Jadi untuk internet satelit masih jadi alternatif yang cukup murah.

Apabila dilihat dari sisi industri, pengguna jasa internet satelit ini masih terkonsentrasi di bidang telekomunikasi, dimana merekalah yang mayoritas menjadi konsumennya. Sementara untuk tahun mendatang industri akan berkembang lebih jauh dan memfokuskan lebih banyak kepada para pemakai data.

Walaupun dari sudut pandang bisnis nilai yang dapat diraih cukup menarik, namun masih ada masalah yang bisa dibilang tidak mudah. Ada dua kendala yang akan ditemui oleh penyedia jasa internet satelit.

Masalah pertama yaitu menanti adanya kebutuhan, walaupun Telkom sudah menyiapkan kapasitas untuk 100.000 rumah. Yang kedua, perangkat modem yang nanti gunakan lumayan besar. Tapi untuk kendala ini sudah di carikan solusinya yaitu bekerja sama dengan pihak-pihak yang telah memakai teknologi canggih jadi alat-alatnya dapat dibuat lebih kecil, serta meningkatkan kapasitas dan kemampuannya.

Dani Indra Ketua Asosiasi Satelit Seluruh Indonesia (ASSI), memperkirakan bakalan adanya kelambatan sekitar 3%-5% sampai dengan 2020. Ini dia ambil berdasarkan dari tahun 2015, yaitu adanya kebutuhan 250 transponder.

Untuk mengatasi kapasitas yang kurang itu, Dani menjelaskan nanti akan diluncurkan dua satelit yaitu BRIsat memiliki kapasitas 45 transponder serta Telkom 3S yang memiliki 49 transponder. Peluncuran kedua satelit itu di jadwalkan tahun ini.

Seperti sudah kita ketahui Telkom juga mengeluarkan layanan MangoSTAR, sebuah layanan internet satelit yang ditujukan untuk pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang berada di lokasi terpencil ataupun belum ada jaringan internetnya. Ini merupakan usaha Telkom melihat potensi pasar yang ada cukup besar untuk kebutuhan internet. Besar harapan bahwa layanan ini juga bisa menjadi sebuah solusi untuk akses internet di tanah air ungkap Muhamad Awaluddin, Direktur Enterprise & Business Service Telkom.

Dari sisi teknologi, pengadaan akses internet bisa lewat Cooper ADSL ataupun serat optic, radio akses dan VSAT. Dimana untuk jaringan cooper dan radio akses merupakan layanan unggulan para operator di kota-kota di Indonesia.

Namun menurut Awaluddin VSAT merupakan alternatif unggulan untuk koneksi di remote area yang memiliki kendala dalam pengembangan jaringan infrastruktur melalui kabel.